Menjaga Diri dan Keluarga Bersama Al-Quran
Imam Asy-Syaukani melanjutkan,
bahwa menjaga keluarga adalah dengan menyuruh mereka (keluarga) untuk
taat kepada Allah ta’ala dan melarang mereka dari maksiat kepada Allah
ta’ala

muhammad abdus syakur/hidayatullah.com
[Ilustrasi] Keluarga Muslim.
DALAM sebuah buku berjudul Ghirah Buya
Hamka, pernah memberikan pesan masalah yang ada di tengah masyarakat,
khususnya krisis moral semata bukan disebabkan oleh faktor dari luar.
Masalah yang ada pada diri kita, bukanlah semata karena unsur di luar
dari kita.Namun, juga berasal dari diri kita sendiri.Masalah yang ada
dalam keluarga misalnya, bukanlah semata dikarenakan adanya penyebab
dari luar, namun bisa jadi sebenarnya disebabkan dari dalam diri
keluarga tersebut. Sehingga, pesan pentingnya adalah bahwa diri dan
keluarga kita tidak lain adalah tanggung jawab dari kita sendiri.
Tanggung jawab agar menjadi pribadi dan keluarga yang baik.
“Pada suatu hari di tahun 1957 dalam suatu pertemuan di
Banjarmasin yang diprakarsai oleh Kepolisian setempat, saya diminta
berceramah.Setelah selesai ceramah, tampillah seorang di antara hadirin
menyampaikan suatu pertanyaan, “Apakah tidak sebaiknya dibentuk semacam
Panita Negara untuk mengatasi krisis akhlak yang telah sangat
bersimaharajalela sekarang ini?”
Lalu saya jawab bahwa saya setuju dengan ide demikian. Saya
lanjutkan persetujuan saya itu dengan usul lebih konkret, yaitu bahwa
seluruh warga negara Indonesia menjadi anggota dari Panitia tersebut
sekaligus setiap anggota diwajibkan mengurus, tidak usah banyak orang,
cukup tiap orang yang mengurus satu orang saja, yaitu dirinya sendiri.” (Prof. Dr. Hamka, Ghirah; Cemburu Karena Allah)
Menjaga Diri
Bagi setiap Muslim, apa yang dia lakukan di dunia apakah
berupa perbuatan baik ataupun buruk. Maka, dia pula yang akan
mendapatkan balasannya dari Allah ta’ala. Perbuatan seseorang tidak
dibebankan kepada orang lain, maksudnya adalah setiap individu
bertanggung jawab atas perbuatannya. Orang lain tidak mendapatkan pahala
atau dosa karena perbuatan orang lain, kecuali apa yang sudah
disebutkan dalam hadits shahih seperti doa anak shalih, amal jariyah dan
ilmu yang bermanfaat.
Dalam hal ini, Allah ta’ala berfirman dalam banyak ayat di Al-Quran diantaranya:
وَلاَ تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا
“………… Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain………:” (QS. Al-An’am: 164)
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”(QS. Al-Muddatstsir: 38)
Oleh karena itu, bentuk penjagaan pada diri sendiri adalah dengan
kita perhatikan betul apa yang dilakukan. Bersebab, apa yang ditanam
dengan pebuatan kita, akan dipanen dengan balasan yang adil dari Allah
ta’ala. Jangan sampai setiap detik yang dilalui dalam hidup adalah
perbuatan penuh dosa. Dan cara agar kita bisa mengetahui perbuatan mana
yang Allah ta’ala ridhai sehingga akan berbalas pahala, dan perbuatan
mana yang Allah ta’ala murkai sehingga akan berbalas dosa adalah dengan
kita terus belajar, khususnya ilmu Islam.Jangan pernah bosan belajar,
karena ilmu Islam sangatlah banyak.Kemudian amalkan, amalkan dan
amalkan.
Menjaga Keluarga
Dalam urusan keluarga , Allah ta’ala menyampaikan dalam firman-NYA
bahwa ada tanggung jawab seseorang kepada keluarganya. Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ
شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim: 6)
Dalam tafsir Jalalain dikatakan bahwa menjaga diri dan keluarga adalah dengan beramal mentaati Allah ta’ala (bil ‘amali ‘alaa thaa’atiLLah).
Lebih rinci lagi, Imam Asy-Syaukani menjelaskan dalam Fathul Qadir,
bahwa menjaga diri adalah dengan melakukan apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang (bi fi’li maa amarakum bih, wa tarki maa nahaakum ‘anhu).
Imam Asy-Syaukani melanjutkan, bahwa menjaga keluarga adalah dengan
menyuruh mereka (keluarga) untuk taat kepada Allah ta’ala dan melarang
mereka dari maksiat kepada Allah ta’ala (bi amrihim bi thaa’atiLLah, wa nahyihim ‘alaa ma’aashiyyahi).
Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa sallama juga menyampaikan tentang wajib dan pentingnya perhatian seseorang kepada keluarganya, khususnya anak-anaknya. Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa sallamabersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga Bersama Al-Quran
Tidak dipungkiri, bahwa sekarang kita hidup di tengah era-globalisasi dan kemajuan teknologi.Dimana
tidak hanya dampak positif yang didapat, namun justru banyak sisi
negatif yang menjangkiti lingkungan masyarakat kita.Anak kecil umur
balita lebih dekat dengan gadget daripada orangtuanya bahkan.Anak-anak seumuran TK dan SD ketagihan dengan smartphone.Anak-anak remaja dan dewasa justru memiliki masalah yang lebih kompleks lagi.
Faktanya kita masih merasakan banyaknya masalah di lingkungan masyarakat, dan terkadang mempengaruhi lingkungan keluarga kita.
Meski masih banyak masalah mendera, bukan berarti tidak ada solusi
dan antisipasi.Paling tidak, satu solusi dan antisipasi dari sekian
banyak solusi dan antisipasi yang ada adalah dengan jadilah pribadi dan
keluarga Qurani. Inilah salah satu cara yang sangat sederhana selain
penidikan aqidah, akhlak dan lainnya di rumah kita.
Tidak dipungkiri, bahwa salah satu fakta sekarang, anak-anak, ayah dan bunda lebih berlama-lama berinteraksi dengan gadget daripada
Al-Quran.Jangankan menghafalnya, untuk membaca Al-Quran rutin setiap
hari mungkin sudah jarang kita temukan di keluarga-keluarga umat Islam
saat ini.
Sehingga, tidak ada kata terlambat untuk kita memulainya.Sedari awal, mulai dari sekarang buka mushaf Al-Quran yang lama menjadi “pajangan-pajangan”di rumah.Mulailah untuk berinteraksi dengan Al-Quran, membaca, menghafalkan, mentadabburi, mengamalkan dan mendakwahkannya.
Didik anak-anak kita membaca Al-Quran dengan benar dan baik.Dan
sangatlah memungkinkan untuk menjadikan generasi muda kita, menjadi
penghafal (penjaga) Al-Quran.Sehingga ketika meraka meneruskan
pendidikan tinggi, mereka mempunyai bekal Al-Quran. Dan ketika mereka
berkarir nanti, mereka adalah seorang dokter yang hafal Al-Quran,
seorang profesor yang hafal Al-Quran, seorang pengusaha hafal Al-Quran,
seorang pejabat hafal Al-Quran dan lain sebagainya.Alhamdulillah, in
Syaa Allah semakin hari, akan semakin banyak pribadi dan keluarga yang
menjadi generasi Qurani.*/Abu Sulthan, twitter: @lutfisarif